Relationship between urban land price and housing price
H. Wen dan A. C. Goodman dalam
jurnal Habitat Internasional
“Relationship between urban land price and housing price : Evidence from 21provincial capitals in China,” Kontroversi tentang pertumbuhan real estate
China telah menjadi isu di kalangan ahli ekonomi domestik dan internasional,
perubahan besar besaran regulasi perumahan di tahun 1998 menyebabkan
transformasi komersialisasi harga perumahan, lonjakan pinjaman hipotek dan
meningkatnya harga perumahan. Penelitian ini berusaha memahami keterkaitan
antara harga tanah perkotaan dengan harga perumahan, dengan menggunakan metode
Vector Auto Regression (VAR) untuk menganalisis hubungan lahan perkotaan dan
harga perumahan dengan data rentet waktu, kelebihan penelitian ini dibandingkan
metode empiris yaitu pertama, Variabel
yang digunakan tidak hanya perumahan dan
harga tanah, tetapi juga berbagai faktor yang mencerminkan fundamental ekonomi.
kedua data penelitian diperluas dari seri waktu ke panel, dan ruang lingkup
spasial yang lebih spesifik, dari tingkat nasional hingga tingkat kota.dan
ketiga model persamaan simultan mengidentifikasi pengaruh timbal balik
kuantitatif antara harga perumahan dan harga tanah. Penelitian ini menggunakan
data panel dari 21 kota besar ( 8 kota pesisir dan 13 kota pedalaman) di China
dari tahun 2000 s/d tahun 2005. Penelitian ini dibagi menjadi tiga model analis
yaitu pada model nasional, model pesisir dan model pedalaman, Adapun rasio pengaruh koefisien (elastisitas)
antara harga perumahan dan harga tanah, yang terbesar adalah 2.40 (4.19) dalam
model nasional, diikuti oleh 1,52 (2,74) dalam model pesisir, dan yang terkecil
adalah 0,93 (1,99) di model pedalaman. Dibandingkan dengan kota-kota pesisir,
permintaan perumahan di kota-kota pedalaman lebih rendah, dan lahan atau
potensi pasokan lebih besar, yang membuat interaksi koefisien-koefisien antara
harga tanah dan harga perumahan terkecil. Permintaan perumahan dominan di pasar
real estate kota-kota pesisir, sedangkan kapasitas pasokan perumahan miskin,
dengan demikian, kenaikan harga perumahan meningkatkan permintaan lahan
perkotaan, yang mengarah ke peningkatan yang lebih besar dalam harga tanah. Artinya,
semakin kuat permintaan perumahan, semakin besar pengaruh harga perumahan di
harga tanah
W. K. Jaeger dalam jurnal Land Use Policy
dalam “ Land Use Policy Determinants of urban land market outcomes : Evidence
from California,” Penelitian ini dilakukan untuk menggali potensi ekonomi tanah
yang mengacu pada data spasial untuk harga pasar di perkotaan dengan sampel 46 kota di California, Amerika Serikat. Model pasar tanah perkotaan secara tradisional
ada dua yaitu "model kota tertutup" atau "model kota terbuka”.
Hambatan kebijakan seperti ruang terbuka yang disebabkan oleh bentuk lahan
seperti badan air (sungai dan danau) dan pegunungan, dapat diharapkan untuk
mengubah ketersedian lahan tercermin dalam harga pasar tanah di kota-kota.
Ukuran rasio konsentrasi lahan dikembangkan dalam radius kota atau perimeter
dengan pendekatan Sistem Informasi Geografi. Pendekatan estimasi ini memberikan
efek positif dan negatif, bukti menunjukkan bahwa bentuk lahan dan peraturan
tata guna tanah memiliki efek positif
pada harga tanah. Kondisi keseimbangan pasar tanah perkotaan mengharuskan :
- Ada keseimbangan harga tanah pada batas kota antara penggunaan perkotaan dan lahan pertanian,
- Utilitas marjinal disamakan di semua properti di kota dan,
- Tuntutan keseimbangan antara harga tanah dan ketersediaan tanah di perkotaan.
T. Yokoi dan A. Ando dalam jurnal Economic Modelling “One-directional adjacency matrices in spatial autoregressive model : A landprice example and Monte Carlo results” menulis harga tanah ditentukan terutama oleh atribut lokasi, spekulasi dan kompetisi harga pasar, penulis menduga bahwa harga tanah ditentukan oleh dua faktor, Faktor pertama meliputi atribut sosial ekonomi, misalnya, rasio luas lantai. Faktor kedua memperhitungkan psikologis atau atribut spekulatif, yaitu harga tanah di daerah sekitarnya hanya untuk seputar pusat kota. Peneliti berasumsi kepadatan penduduk berpengaruh relatif terhadap harga tanah di lokasi yang lain. Penelitian ini menggunakan metode spatial autoregressive dan simulasi monte carlo, lokasi penelitian di fukui, Jepang dengan data harga tanah tahun 2006, variabel penelitian harga tanah, luas persil, jarak dengan stasiun kereta api terdekat, variabel dummy falitas gas drainase dan rumah kayu, luas lantai dan jarak kepusat kota. Kesimpulannya adalah dengan efek satu arah, bukan saling terkait yang mempengaruhi harga pasar, pada model autoregressive spasial, data harga tanah di kota Fukui tidak saling bergantung jika diasumsikan timbal balik.
R. M. Pokhrel, et al dalam jurnal Engineering Geology, A kriging method of interpolation used to mapliquefaction potential over alluvial ground, Likuifaksi adalah fenomena
geoteknik menghancurkan berhubungan dengan gempa bumi yang menyebabkan
kelongsoran pondasi, tanggul tanah dan bendungan, terutama di kota-kota yang
dibangun di atas endapan aluvial muda. likuifaksi atau Pergerakan tanah adalah
salah satu fenomena geoteknik yang paling dahsyat yang berkaitan dengan gempa
bumi, Informasi tentang daerah dengan kemungkinan besar pencairan tanah dapat
digunakan untuk sangat efektif dalam perencanaan bahaya gempa bumi secara
regional dan dapat mengurangi kerusakan akibat bencana, oleh karena itu
kemampuan untuk memprediksi potensi likuifaksi sangat penting dan berharga
untuk penilaian bahaya gempa bumi. Pendekatan konvensional melalui penggunaan
data lubang bor, potensi likuifaksi dalam cekungan sedimen bervariasi
berdasarkan jarak pendek dengan sifat-sifat tanah setempat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi likuifaksi di lokasi yang tidak
ada sampelnya, dimana data lubang bor tidak tersedia berdasarkan potensi
pergerakan tanah diukur pada lokasi lubang bor yang dipilih. teknik analisis yang digunakan adalah
geostatistik dalam hal ini metode kriging digunakan untuk memperkirakan potensi
likuifaksi di lokasi tidak ada sampel datanya. dataset terdiri dari nilai
potensial likuifaksi diukur pada 86 lubang bor secara acak di Kota Saitama,
Jepang, metode kriging diintegrasikan
dengan aplikasi sistem informasi geografi digunakan untuk menginterpolasi
potensi pergerakan atau pencairan tanah. Pendekatan pada penelitian ini
menggunakan model algoritma ordinary kriging (isotropik dan anisotropik),
validasi dengan potensi pencairan diukur dari set kedua independen dikumpulkan
dari 41 lubang bor. Adapun kesimpulan dalam penelitian adalah :
- potensial likuifaksi pada lokasi yang tidak disampel telah diinterpolasi dengan menggunakan sejumlah titik data sampel. metode kriging sangat cocok dan tidak bias.
- potensi likuifaksi di setiap titik di daerah itu diperkirakan oleh interpolasi berdasarkan nilai-nilai potensi likuifaksi dihitung dari set pertama data lubang bor. Nilai potensial likuifaksi juga dievaluasi pada set kedua lubang bor dan dibandingkan dengan nilai-nilai diperkirakan dari set pertama data. Hasil tersebut menunjukkan kebetulan yang baik.
- kesinambungan potensial likuifaksi pada peta distribusi pemodelan anisotropik menunjukkan nilai R2 sedikit lebih tinggi daripada peta berdasarkan pemodelan isotropik,
- Pada bagian selatan dan bagian barat sepanjang Sungai Arakawa dan bagian timur sepanjang Sungai Ayase dan Sungai Motoarakawa memiliki potensi likuifaksi sangat tinggi. pusat kota di sepanjang dataran Omiya memiliki potensi likuifaksi rendah.
- Lokasi kejadian likuifaksi yang terjadi akibat gempa masa lalu berada di zona potensi likuifaksi tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa peta bahaya likuifaksi dapat ditentukan secara akurat
Di Piazza, et
al dalam
International Journal of Applied Earth
Observation and Geoinformation Comparative analysis of differenttechniques for spatial interpolation of rainfall data to create a seriallycomplete monthly time series of precipitation for Sicily, Italy, menulis
ketersediaan data curah hujan yang baik dan handal merupakan dasar dalam analisis hidrologi dan desain pengelolaan
sistem sumber daya air, namun dalam
prakteknya, catatan curah hujan sering data hilang terutama karena kesalahan
acak dan kesenjangan akibat data yang hilang selama jangka waktu tertentu. Hal
ini akan memepengaruhi hasil studi hidrologi. Ada banyak metode untuk mengisi
kesenjangan data rentet waktu untuk memperkirakan kehilangan data curah hujan
dalam penelitian ini didasarkan pada algoritma interpolasi spasial, yaitu IDW(Inverse Distance Weighting) , regresi
linier sederhana, regresi berganda, GWR (Geographically
Weighted Regression) dipadukan dengan Jaringan Syaraf Tiruan, dan model
Geostatistik seperti ordinary kriging dan residual ordinary kriging. Penelitian
ini telah dilakukan di Pulau Sisilia,
Italia dengan area seluas 25.700 km, data diambil dari tahun 1921 sampai dengan
tahun 2004. Hasil penelitian menunjukkan di antara metode banyak variabel,
kinerja terbaik diperoleh dengan metode kriging biasa. tidak seperti metode IDW
yang memperhitungkan sebagian besar pola keruangan yang dapat diamati, hasil
akurasi ini dapat diterima dan tidak bias, sesuai dengan penelitian Goovaerts
(1999) bahwa hasil terbaik untuk perkiraan curah hujan dapat dicapai dengan
menggunakan metode interpolasi geostatistik dan teknik tidak deterministik,
karena mereka mengabaikan pola ketergantungan spasial biasa yang diamati untuk
data curah hujan
0 komentar :
Posting Komentar